Rabu, 27 Januari 2010

'Jijay Akuh sama kamuh'_bab1.2_

"kamu nggak apa-apa kan?" teriak Ninis dari luar kamarku. Nggak sampek sedetik kemudian kulihat Ninis masuk ke kamarku sambil lari-lari. Awalnya mukanya tegang, pucat, pokoknya kacau banget kemudian berubah lega saat melihatku duduk tenang di atas ranjang
"Tahu nggak? Ku kira kamu bakal bunuh diri, makanya aku buru-buru kesini pas kamu abis nelfon aku. sampek aku lupa nggak nyisir rambut" sambung Ninis.
Aku nyengir. Emang sih Aku tadi punya niatan bunuh diri. Aku berniat mem0t0ng urat Nadiku. Tapi kemudian ku pikir malu-maluin banget kan kalo Aku mati bunuh diri? Dengan cara kayak gitu lagi. Gara-gara cowok bernama Andra. Ih, nggak deh. Bisa-bisa kepala dia tambah gedhe gara-gara ke-ge-er-an.
Kalopun nanti aku mati, aku kan juga pengen mati dengan gaya yang elit. Misalnya mati pas waktu Sholat. Kan keliatan alim gitu. Aduh. . . Nglantur Aku ini.
"jadi kalian putus?" suara Ninis membuyarkan lamunanku.
Oke, kali ini Ku pandang Ninis dengan jengkel. Nih anak masih tanya lagi. Apa perlu aku teriak-teriak di telinganya kalo Aku dan Andra sudah putus? Seharusnya dia bisa ambil kesimpulan dong apa keputusanku kalo jelas-jelas Aku sudah diduain sama cowok-gila macam Andra.
"okhe-okhe" Ninis mengangkat kedua tangannya "nggak usah mandang Aku kayak gitu dong?"
"habisnya udah tau Aku jelas-jelas putus sama Andra, masih aja tanya" kataku cemberut. Kupijit lengan kananku. Capek! Aku habis dihukum M0mi ngebersihin kamarku sampek bersih-sih-sih dan kinclong gara-gara aku berantakin tadi.
Ninis duduk di sampingku kemudian dia berkata "tumben nggak nangis?"
jeduar! Kata-katanya buat ku mendelik terus nangis. Dia mengingatkanku seharusnya aku nangis!
"nih orang malah nangis"

"Lha kamu kok Nis! Malah ngingetin aku tentang nangis" aku terisak. Ku ambil tisu kotak di sebelah kananku "aku kan jadi pengen nangis lagi. Secara aku diginiin sama Andra. Dia selingkuh! Ngeduain Aku! Cowok macem apa itu? Kalo emang dia udah nggak cocok sama Aku mending putus baik-baik aja. Nggak kayak gini" semprotku ke Ninis.
" Salah siapa mau dibegoin sama cowok macem gitu? Aku kan nggak pernah setuju kamu jadian sama Andra" semprot Ninis balik.
Sumpah ya! Ini anak mulai ngeselin. Sudah tahu Aku lagi kesel, bukannya ngehibur malah nyalahin Aku.
"Siapa selingkuhannya?"
" Nggak tahu, Nis. Andra nggak mau ngasih tahu. Kali aja dia takut aku nglakuin macem-macem sama selingkuhannya" Kubersit ingusku dengan tisu. Hatiku sakit lagi!
" Ada yang tau kabar ini selain kita nggak?" Ninis memandangku antusias.
" Harusnya sih nggak ada, kecuali Andra tiba-tiba bermulut besar" Aku diam sejenak, "Nis,"

" Apa?"
"kayaknya besok aku males sekolah deh."
"gila kamu! Kenapa sih?"
" Niiis! " seruku " Aku nggak siap ketemu Andra!"
" Sampek kapan?" Ninis berdiri.
Aku mikir.
" Sampek Aku siap!"
" itu artinya butuh waktu 10tahun"
Aku cemberut. Emang butuh waktu selama itu apa?
" Terserah deh!" Ninis lagi-lagi mengangkat kedua tangannya " Berani taruhan m0mimu tercinta nggak bakal ngijinin kamu bolos"
" Aku bakal pura-pura sakit" ujarku putus asa.
" yeah, terserah deh Nind. Tapi kalo menurutku nggak ada untungnya kamu ngehindar" Ninis melihat jam kemudian dia berseru "Aku pulang dulu ya?"
"mau kemana sih?"
"ketemuan sama Ivan. Dia mau ajakin Aku n0nt0n. Lalu dia berlari keluar kamar "bye, Ninda"
Aku cemberut lagi. Nggak sepantasnya dia bilang mau ketemuan sama Ivan-pacarnya, di depanku yang sedang patah hati gara-gara cowok kan?

Ku pikir keputusanku tadi untuk menelpon Ninis bukan ide yang baik. Nyatanya dengan kepulangan Ninis bukannya mendingan tapi aku malah mikir:
Fianinda, remaja SMAN 64 yang malang karena dibuang dengan kejam oleh pacarnya sedang sahabat terbaiknya malah nge-date sama pacarnya (pacar ninis maksudku) di atas penderitaannya.
Okhe memang Ninis tak separah itu. Wajar Ninis nge-date sama Ivan karena toh bulan ini mereka baru jalan 1 kali ini.
Tapi, AKU IRI. Tak adakah yang mengerti? Argh. . .!
Kemudian hapeku berbunyi. Ku angkat tanpa melihat siapa yang menelpon.
"Halo" ku tunggu sautan dari sebrang
" Ninda" okhe Aku mulai kenal suara ini. Suara Zica-si raja gosip. Ada apa dia menelponku?
"ku dengar kamu putus sama Andra ya?"
oh God! Sadarkan Aku. Ini mimpi burukkan? Nggak mungkin Zica tau gosip ini. Nggak mungkin. Harusnya yang tahu cuma Andra, Aku dan Ninis.
Tapi kenapa dia bisa tahu?

" Halo? Ninda?" Zica bersuara lagi. Mendengar suara Zica, Aku melakukan hal terbodoh. Aku mematikan Hapeku.
Firasatku mengatakan kesialanku terus berlanjut.


*bersambung*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silahkan berkomentar