Minggu, 17 Oktober 2010

Kuning yang uda ga kuning lagi *nah lo? Maksudnya* :p

Aku bisa bilang apa ya?
Sepertinya aku emang uda ga bisa bilang apa.apa lagi deh.
Yang aku bisa cuma nulis disini.

Ini ada sedikit kata.kata yang aku temuin di mbah Google:
Hari.hari yang kita lalui
Tak hanya tuk saling berbagi
Namun juga saling menyakiti


Yah mungkin memang seperti itu,
mungkin selama kita temenan aku sering nyakitin kamu teman,
aku gatau.
Kalo mau jujur mah aku samasekali ga ngrasa perna nyakitin kamu.
Tapi itukan perasaanku aja.
Gatau dah perasaanmu gimana.

Aku hanya, yah. . . Mungkin sedikit kecewa denganmu.
Walau sebenernya aku tau kalo aku gapantes buat kecewa sama kamu ya,
tidak,
karena semua orang bebas berkehendak.
Termasuk kamu temaaan!

Kata Mimi sih aku masih normal karena aku masi bisa kecewa sama orang,
itu manusiawi. Wajar!

Tapi aku samasekali ga pengen kecewa.
Kenapa ya?
Mungkin sudah terlalu banyak ngalamin yang namanya kecewa.

Kalau kamu mau tau siih,
aku sebenernya males banget liat sorot matamu ke aku.
Bukannya apa.apa,
tapi aku ngelihat ada kebencian dan rasa gasuka disana.

Tapi,
hey! Plis deh teman.
Coba kamu pikir.
Sebenernya siapa yang paling pantes nglakuin itu?
Aku tauk!
Tapi sepertinya kamu gatau.
Tapi sepertinya kamu terlalu angkuh untuk mau tahu.
Dan sepertinya kamu emang gamau tau.

Seperti apapun perasaanmu ke aku,
aku masi menganggapmu teman.
Aku masi mengesampingkan egoku untuk memperbaiki semuanya.
Aku masi meng.sms.mu, meminta maaf di saat hari Raya.
Tapi sepertinya itu gaada gunanya deh.
Semuanya ga berubah.
Kamu mungkin menganggapku mantan temanmu.
Mantan teman sepertinya,
bukan mantan sahabat.
Aku ga suka jadi mantan teman, ataupun mantan sahabat.
Aku gasuka jadi mantan.
Ko kesannya barang bekas gitu.
Kalo kamu emang gamau temenan sama aku lagi,
yauda.
Anggap kita ga perna kenal aja, gausah ngeliatin aku dengan tatapan benci.

Aku salah apa se sama kamu?
Aku ga perna teriakteriak di depan.mu,
apa aku menghinamu?
Apa aku ga perduliin kamu?
Apa aku menatapmu dengan tatapan kebencian?
Apa aku pernah seperti itu?

Temaaan,
aku tahu watakmu keras.
Aku tahu egomu tinggi,
hanya saja,
gabisakah kamu berbaik hati padaku?
Orang yg dulu perna jadi temanmu?

Yah, aku tahu.
Sekarang kamu suda punya banyak temen.temen yang asyik, yang keren, yang segalanya laaa.
Dan mungkin aku nol dibandingin mereka.

Tapi setidaknya hargain aku!

Aku gamarah pas kamu melupakan ulangtahunku,
aku gamarah pas kamu ga ucapin ultahku,
aku juga gamarah pas aku tau kalo sedikitpun kamu ga peduli sama ultahku.

Aku diam saja,
aku diam.

Coba saja kalo kamu yang aku gitukan,
pasti deh pikiranmu tentang aku sudah buruk.
Ini itu.
Terakhir aku nyiapin surprise ultah ke kamu,
aku berkorban tenaga.
Tapi toh kamu sepertinya memang udah gaterlalu menghargai perjuanganku dan teman.teman yang lain.
Padahal kamu gatau gimana susahnya bikin foto.foto itu,
nerobos kelas,
pulang sore,
keujanan,
kami uda berusaha buat kasi yang spesial ke kamu.
Tapi apa?
Waktu kami kasi surprise itu kamu malah asyik.asyikkan telpon sama pacarmu itu. Seakan kami ini cuma pengemis.pengemis yang konyol.

Kamu gaakan pernah tau temaaan,
kamu gaakan pernah tau,
karna kamu ga ikud merasakan.nya.

Dan seharusnya kamu ingat,
hubungan kita juga gabaik saat itu,
tapi aku mengesampingkan ego.ku,
aku cuma mikir satu.
Aku pengen kamu seneng.
Masalaa atiku, biarlah aku yang tau.

Tapi sekarang apa?
Kamu sepertinya menganggapku cuma masalalu,
anginlalu yang gapenting.

Temaaaan,
aku ga meminta balasan apapun darimu,
karna kutau kamu toh ga akan menganggapku sepenting itu sampai kao mau membalasku.
Aku cuma minta
satu kenangan manis saja.
Satu kenangan manis kalo aku pernah berteman dengan.mu,
dan jangan hancurkan itu dengan tatapan bencimu padaku.

Biarlah kuning itu tetap kuning temaaan,
tanda bahwa kita pernah berteman
akan kupigura kuning itu
walau hanya di hati.

Tapi sepertinya kuning itu uda ga kuning lagi,
mungkin sudah berubah jadi hitam *pudar