*HARI INI*
Aku masih riang hingga pagi tadi,
tak perduli dengan mata yang sedikit bengkak ini,
tak perduli dengan sisa sakit hati yang kemarin.
Berusaha tidak perduli lagi.
Maksudku, aku tidak harus terpuruk pada sakit hati kan?
Jadi aku bangkit.
Tersenyum.
Dan tertawa.
Hingga saat itu,
aku sedikit menyesal.
Kenapa aku melihat peristiwa itu?
Kenapa harus berlangsung di depanku?
Kenapa kejadian itu seolah ingin menamparku dan kemudian bilang 'aku bukan siapa.siapa'
ya,
aku 'bukan siapa.siapa',
dan menjadi 'bukan siapa.siapa' itu ternyata begitu menyakitkan.
Aku tidak pernah jadi istimewa.
Ataupun sekedar sejajar dengan orang.orang yang ia anggap istimewa.
Tidak.
Aku tidak pernah sejajar.
Tingkatanku lebih rendah dari mereka.
Padahal aku berharap,
sekali saja dia memberiku sesuatu yg istimewa,
tidak perlu mahal,
tidak perlu mewah,
dan tidak perlu indah pula.
Aku hanya berharap,
sesuatu yang biasa saja,
tetapi itu istimewa,
sesuatu yang ia beri dengan menguras isi kepalanya,
sesuatu yang ia beri karena IA PERDULI dan MEMIKIRKAN PERASAANKU.
Iya,
jangan berkomentar.
Aku paham, terlalu berharap itu juga menyakitkan jika tak terwujud.
Tapi aku tetap berharap,
suatu hari nanti.
Hari ini,
Ingin aku marah,
ingin aku memakinya,
berteriak di depannya,
mencacimaki dia.
Tapi aku tau aku tidak pantas,
dan sekelebat angin berbisik padaku.
"memang ada gunanya kamu memaki dan mengadu di depannya? Bukankah sama saja? Dia hanya akan berkata 'maaf Diyah, refleks. Aku tidak menyangka itu akan menyakitimu. Aku tidak berpikir sejauh itu' "
Dan aku secara tak sengaja mengangguk juga,
iya,
benar.
Dia hanya akan bilang "aku nggak sengaja, Diyah"
iya,
akan selalu begitu.
Karena dia, tidak pernah sekalipun,
meluangkan sedikit waktunya untuk memikirkan perasaanku.
Diyah,
terimasaja,
tetap tersenyum.
Tetap bahagia.
Orang itu,
dia,
tidak akan berhenti melukai hatimu.
FEBRUARI, oh Februari
Rabu, 16 Februari 2011
Sedikit Ungkapan Hati
*KEMARIN*
Apa ini bisa disebut kualat? Atau ujian se?
Kemaren, aku baru pasang status di facebook yang isinya
'tetap tersenyum, tak perduli cobaan yang akan menghadang'
eleleh,
ternyata baru nyampek rumah ternyata ada aja hal yang bikin ak nangis.
IYA, AKU NANGIS, udah nggak bisa senyum lagi.
Udah gitu ortu pake marah lagi liat aku nangis,
mereka bilang "kamu nangis karena kamu belom dewasa"
what?
Hey?
Memangnya kenapa kalo aku nangis?
Aku toh nggak ngebantingin piring saat nangis.
Aku juga ga teriak.teriak geje saat nangis.
Jadi kenapa aku nangis aja dilarang se?
Ya Allah.
Tidak tahu harus berkata apalagi.
Alhasil aku tetap menangis selama SATU JAM, dan hasilnya,
mata ini masi bengkak sampai hari ini.
FEBRUARI, oh Februari
Apa ini bisa disebut kualat? Atau ujian se?
Kemaren, aku baru pasang status di facebook yang isinya
'tetap tersenyum, tak perduli cobaan yang akan menghadang'
eleleh,
ternyata baru nyampek rumah ternyata ada aja hal yang bikin ak nangis.
IYA, AKU NANGIS, udah nggak bisa senyum lagi.
Udah gitu ortu pake marah lagi liat aku nangis,
mereka bilang "kamu nangis karena kamu belom dewasa"
what?
Hey?
Memangnya kenapa kalo aku nangis?
Aku toh nggak ngebantingin piring saat nangis.
Aku juga ga teriak.teriak geje saat nangis.
Jadi kenapa aku nangis aja dilarang se?
Ya Allah.
Tidak tahu harus berkata apalagi.
Alhasil aku tetap menangis selama SATU JAM, dan hasilnya,
mata ini masi bengkak sampai hari ini.
FEBRUARI, oh Februari
Langganan:
Postingan (Atom)